Lima Pelajaran Hidup dari Perumpamaan tentang Talenta

 
Bagaimana seharusnya orang Kristen berpikir tentang pekerjaan, kesuksesan, dan kekayaan?

Meskipun telah banyak yang membahas tentang perumpamaan Talenta di berbagai media dan mimbar, tetapi menggunakannya sebagai panduan untuk pertanyaan di atas adalah sangat menarik. 

Tanpa basa-basi lagi, berikut adalah lima pelajaran yang dapat diajarkan oleh Perumpamaan Talenta kepada kita tentang pekerjaan, kesuksesan, dan kekayaan:


1. Perumpamaan tentang Talenta mengajarkan kita bahwa kesuksesan adalah produk dari pekerjaan kita.

Dalam kitab Kejadian, TUHAN menempatkan Adam di taman untuk mengerjakan dan merawatnya. Kita diciptakan untuk bekerja. Sebagai orang Kristen, kita memiliki misi yang TUHAN harapkan untuk kita selesaikan di sini dan sekarang.

Terlalu banyak orang Kristen saat ini melihat keselamatan mereka hanya sebagai “tiket bus ke surga.” Mereka percaya tidak masalah apa yang mereka lakukan saat mereka "menunggu bus." 

Perumpamaan tentang Talenta mengajarkan kita apa yang seharusnya kita lakukan sementara kita menunggu kembalinya RAJA kita.

Kita harus bekerja, menggunakan talenta kita untuk memuliakan TUHAN, melayani kebaikan bersama, dan memajukan kerajaan TUHAN. Keberhasilan menurut kekristenan adalah bekerja dengan tekun di sini dan sekarang menggunakan semua talenta yang telah TUHAN berikan kepada kita untuk melakukan bagian kita yang diharapkan oleh TUHAN.



2. Perumpamaan tentang Talenta mengajarkan bahwa TUHAN selalu memberi kita semua yang kita butuhkan untuk melakukan apa yang Dia panggil untuk kita lakukan.

Efesus 2:10 Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.

Pernahkah Anda bertanya-tanya berapa nilai Talenta dalam Rupiah hari ini? Sulit untuk mengetahui dengan pasti, namun berapa pun nilai pastinya, dalam Perjanjian Baru sebuah talenta menunjukkan sejumlah besar uang, bahkan mungkin sebanyak satu Miliar Rupiah dalam mata uang hari ini.

Kita sering merasa kasihan kepada hamba yang hanya menerima satu talenta, tetapi pada kenyataannya ia menerima sebanyak satu miliar rupiah dari tuannya dan menguburnya di halaman belakang rumahnya. Dia diberi lebih dari cukup untuk memenuhi harapan tuannya.

Sama seperti tuan mengharapkan hamba-hambanya untuk melakukan lebih dari sekadar melestarikan apa yang telah dipercayakan kepada mereka, demikian pula TUHAN mengharapkan kita untuk menghasilkan keuntungan dengan menggunakan talenta kita untuk tujuan yang produktif. 

Para hamba diberi cukup untuk menghasilkan lebih banyak – itu sama dengan karunia yang TUHAN berikan kepada kita.


3. Perumpamaan tentang Talenta mengajarkan bahwa kita tidak semua diciptakan sama.

Bagian yang paling diabaikan dari perumpamaan ini adalah bagian kedua dari ayat lima belas: tuan memberikan kepada setiap hamba talenta, “… masing-masing menurut kesanggupannya.” Tuannya mengerti bahwa hamba satu talenta tidak mampu menghasilkan sebanyak hamba lima talenta.

Kita ingin memprotes ini sebagai tidak adil. Namun kita tahu ini benar dari pengalaman kita sendiri. Keanekaragaman ditenun menjadi jalinan penciptaan.

Tetapi meskipun kita tidak diciptakan sama dalam hal talenta yang diberikan kepada kita, ada persamaan yang ditemukan dalam Perumpamaan tentang Talenta. Itu berasal dari fakta bahwa dibutuhkan pekerjaan yang sama bagi pelayan lima talenta untuk menghasilkan lima talenta lebih banyak seperti halnya hamba dua talenta untuk menghasilkan dua talenta lagi.

Inilah sebabnya mengapa hadiah yang diberikan oleh tuannya sama. TUHAN mengukur kesuksesan dengan bagaimana memanfaatkan talenta yang DIA beri, seperti yang seharusnya kita lakukan.


4. Perumpamaan tentang Talenta mengajarkan bahwa kita bekerja untuk TUHAN, bukan untuk kepentingan kita sendiri.

Talenta yang diberikan kepada kita bukanlah milik kita sendiri. Hasil yang kita peroleh dengan modal bukanlah milik kita untuk disimpan. Kita hanyalah alat dari investasi, dan sebagaimana kita memanfaatkan talenta, itu yang dilihat TUHAN.

Kita harus memaksimalkan penggunaan talenta kita bukan untuk tujuan egois kita sendiri, tetapi untuk menghormati TUHAN. Kita tahu bahwa kita bekerja di dunia yang dalam kutukan dosa, pekerjaan kita akan sulit. Tetapi kita harus merasakan kepuasan dan sukacita dari melakukan yang terbaik dengan apa yang telah TUHAN berikan kepada kita di tempat di mana pemeliharaan-Nya menempatkan kita, berusaha untuk berhasil untuk menghormati-Nya.



5. Perumpamaan tentang Talenta menunjukkan bahwa kita akan dimintai pertanggungjawaban.

Matius 25:30 Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.

Perumpamaan tentang Talenta bukanlah tentang keselamatan atau melakukan kebenaran, tetapi tentang bagaimana kita menggunakan pekerjaan kita untuk memenuhi panggilan kita di dunia. 

Pelayan yang tidak setia dalam perumpamaan ini terbukti menyia-nyiakan talenta atau kesempatan. Akibatnya, dia dinilai jahat dan malas. 
Kita bertanggung jawab atas apa yang kita lakukan untuk TUHAN dengan apa yang telah diberikan kepada kita, dan suatu hari nanti kita akan dimintai pertanggungjawaban.


Diambil dari: Five Lessons for Our Lives from the Parable of the Talents, oleh Hugh Whelchel, https://tifwe.org/five-lessons-for-our-lives-from-the-parable-of-the-talents/

0 Comments